Ternyata FlyCham itu perusahaan penerbangan swasta Syria. Sudah ada sejak zaman Basyar Assad tapi diperbarui namanya. Konon orang seperti si butik yang ada di belakang FlyCham –asal Uni Emirat Arab.
FlyCham (baca: FlySham) baru punya empat pesawat. Semua untuk jurusan negara tetangga: Jeddah, Riyadh, Abu Dhabi, Doha. Suriah beruntung punya tetangga serumpun seperti itu. Seperti Tiongkok di awal kebangkitan dulu: punya Hong Kong dan Taiwan.
Suriah masih punya lagi tetangga utara: Turkiye. Yang secara ekonomi dan politik bisa membuat Syria stabil dan cepat maju.
Tetangga serumpun itu semua mendukung pemerintahan baru Syria. Apalagi presiden baru Suriah, Ahmed Al Sharaa, dianggap ”keluarga sendiri”. Al Sharaa lahir di Riyadh, Saudi Arabia. Ibunya jadi guru di ibu kota Saudi Arabia itu. Ayahnya, ahli ekonomi lulusan University of Baghdad lama bekerja di Saudi.
Amerika sendiri sudah balik kucing. Dulu Al Sharaa dianggap benggol teroris. Siapa yang bisa menangkapnya hidup atau mati akan dapat uang besar. Itu karena Al Sharaa adalah tokoh utama Al Qaeda.
Tak lama setelah menjabat presiden Syria ia bisa bertemu Presiden Amerika Donald Trump. Di Riyadh. Trump memuji Al Sharaa tinggi-tinggi: Al Sharaa adalah muda, brilian, ganteng, orang baik.
Anda sudah tahu: Al Sharaa hari-hari ini berada di Amerika Serikat. Di New York. Pidato di PBB. Bertemu Menlu Amerika Marco Rubio –menagih pelaksanaan pencabutan sanksi Amerika yang dijanjikan Trump di Riyadh.
Secara formal sanksi itu memang belum dicabut. Tapi di lapangan orang seperti sudah melupakannya kalau pernah ada.
Syria –Tanah Sham– begitu jaya di masa lama. Tidak ingin perang lagi. Ia putus hubungan dengan Iran. Ia mulai jalin hubungan dengan Israel.
Kesan umum di Damaskus: rakyat sudah jenuh dengan suasana perang. Mereka seperti berlomba lari mengejar masa lalu yang ada di depan sana. (Dahlan Iskan)