Orang Jawa zaman dulu sangat memperhatikan keharmonisan antara manusia dan alam, Ibu hamil dianggap membawa “energi kehidupan baru”, sedangkan rumah yang dibangun juga diyakini sebagai “makhluk hidup baru”.
Dua energi besar ini, jika terjadi bersamaan, dikhawatirkan akan “saling ganggu”, oleh karena itu, untuk menjaga keseimbangan, salah satunya harus ditunda, dalam hal ini pembangunan rumah.
Perspektif Zaman Modern, Ada Logika di Balik Mitos
Jika dilihat dari kacamata logika dan kesehatan modern, larangan ini memang tidak berdasar secara ilmiah.
Tidak ada bukti medis bahwa membangun rumah akan membahayakan janin secara langsung, akan tetapi ada beberapa hal yang bisa membuat mitos ini tetap masuk akal, antara lain:
- Kebisingan dan debu dari pembangunan bisa mengganggu kenyamanan ibu hamil.
- Stres dan ketegangan selama proses pembangunan bisa berdampak buruk pada kondisi emosional ibu.
- Lingkungan tidak stabil atau tempat tinggal sementara yang kurang nyaman bisa menurunkan kualitas hidup ibu hamil.
Dengan kata lain, meski mitos ini tidak punya dasar ilmiah, ada unsur kehati-hatian yang sebenarnya bisa dijadikan pelajaran.
Menyikapi Mitos Ini Secara Bijak
Jika kamu atau pasangan sedang hamil dan berencana membangun rumah, sebaiknya:
- Konsultasikan dulu dengan keluarga besar, terutama yang masih menjunjung nilai tradisi, untuk menjaga harmoni.
- Jika harus membangun, pastikan ibu hamil tidak terlibat langsung dan tetap berada di lingkungan yang nyaman.
- Gunakan jasa kontraktor profesional agar pembangunan berlangsung cepat dan minim gangguan.
- Jaga kesehatan mental ibu hamil agar tidak terbebani oleh suara, debu, atau perubahan lingkungan.
Mitos saat hamil tidak boleh bangun rumah menurut primbon Jawa memang masih dipercaya hingga kini oleh sebagian masyarakat, terutama yang masih memegang erat adat leluhur.
Meski tidak terbukti secara ilmiah, nilai-nilai kehati-hatian, keseimbangan energi, dan perlindungan terhadap ibu hamil menjadi inti dari kepercayaan ini.