Makna ‘sangga’ bisa juga sebagai bilangan untuk menyebut ikatan padi, misalnya dalam frasa ‘paré sasangga’. Namun, yang mungkin lebih cocok untuk menggambarkan gunung itu adalah makna ‘sangga’ yang ketiga, yaitu ‘penyangga’, sesuatu untuk menahan sesuatu yang lain agar tidak roboh.
Kata ‘buana’ bisa berarti benua, seperti Asia, Afrika, Amerika. Namun, bisa juga bermakna sesuatu yang lebih besar dari pada sebuah benua. Yaitu, ‘buana’ bermakna bumi atau dunia.
Dengan fungsi ekologis yang mantap, karena satwa-satwa liar terlindungi di sini, Gunung Sanggabuana cocok dengan namanya, sebagai ‘penyangga bumi’ dari kepunahan satwa-satwa liar-dilindungi.
Ada yang tak kalah menarik dalam nama Sanggabuana adalah artinya yang lain. Kamus Sundadigi mencatat, ‘Sanggabuana’ dengan penulisan yang digabung dua kata itu, memiliki arti seekor kuda hitam dengan kaki yang keempatnya putih dan jurai ekor yang juga putih.
Lokasi, Daya Tarik, dan Ketinggian
Gunung Sanggabuana berdiri di dua wilayah administratif, yaitu di Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang dan Jonggol, Kabupaten Bogor. Untuk mengakses tempat ini, anda sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi.
Tempat yang diusulkan menjadi hutan lindung ini, sekaligus juga menjadi tujuan wisata. Orang datang ke tempat ini, selain dengan tujuan pendakian, juga dengan maksud berziarah.
Selain itu, Gunung Sanggabuana juga menjadi tempat penggemblengan atau kawah candradimuka para prajurit TNI. Gunung ini menjadi satu dari tiga tempat yang dikuasai Kostrad TNI selain Cibenda dan Jatiluhur.
Gunung Sanggabuana tingginya 1.291 mdpl. Gunung ini merupakan gunung yang tidak aktif. Artinya, tidak pernah punya sejarah letusan dan tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanik.
Karena hutan yang terjaga, Gunung Sanggabuana menjadi nadi kehidupan semua makhluk di sekitarnya dengan mengalirkan air jernih dari mata air-mata airnya.
Bagi mereka yang bertujuan ziarah, di gunung ini, menurut berbagai sumber, ada sebanyak 14 makam yang dikeramatkan.