Tentu belum ada jaminan “cara baru” itu akan lebih berhasil. Bisa saja justru berbahaya. Bukan saja mundur, malah bisa masuk jurang.
Di masa seperti inilah diperlukan pimpinan yang matang, berpengalaman, intelektual, administrator, teguh, pernah mengalami tempaan dari bawah yang panjang. Ditambah keinginan yang kuat yang didasari ideologi kebangsaan –bukan hanya didasari pikiran pragmatis-trasaksional.
Purbaya, yang saya tahu, bukan orang yang ingin jadi menteri. Bukan pemain politik. Ia polos. Termasuk tidak risi ketika mengatakan dekat dengan SBY, Hatta Rajasa, Luhut Pandjaitan, Jokowi, dan kini Prabowo.
Politisi terbiasa menyembunyikan sebagian kebenaran untuk keselamatan nasib jabatannya. Purbaya tidak. Justru Purbaya yang seperti itu –dengan celetukan apa adanya itu– yang membuat saya waswas: jangan-jangan lingkungannya akan banyak menjegalnya.
Lihatlah sikapnya soal keharusan pajak diperluas dan ditingkatkan: “hanya akan berhasil kalau ekonomi tumbuh”. Itu bisa pertanda jalan baru juga.
“Jalan baru” ekonomi kita kini di tangan “orang yang baru”. Purbaya bukan ekonom sejak lahir. Ia sarjana elektro. Arus lemah. Lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Ilmu ekonominya ia peroleh dari Amerika –Amerika yang lain: Purdue University. Di Indiana. Bukan dari Berkeley atau Harvard.
Di Purdue-lah Purbaya meraih gelar doktor ekonomi. Tanpa lewat program master. “Lulusan ITB kelihatannya dianggap hebat sehingga bisa langsung ikut program doktor,” katanya saat podcast dengan saya.
Purdue adalah universitas pedalaman. Di Indiana. Di tengah lautan kedelai dan jagung. Saya ke kampus itu tiga bulan lalu. Ke pusat risetnya. Saya tidak tahu apakah ekonom produk kampus di basis pertanian seperti Purdue akan berpengaruh pada mazhab jalan “ekonomi baru” kita.
ITB telah melahirkan ekonom seperti Rizal Ramli, Budi Gunawan Sadikin, dan Purbaya. Dengan warna yang berbeda dari ekonom pacu jalur lurus. Pasti akan heboh.
Rizal Ramli pernah begitu ingin jadi menteri keuangan –agar bisa mengubah arah ekonomi negara. Ia berhasil mendapat jabatan itu, tapi tidak berhasil bertahan lama.