Danantara Jadi Raja Ekonomi Asia dalam 5 Tahun
Home Bisik Disway Danantara Jadi Raja Ekonomi Asia dalam 5 Tahun
Bisik Disway

Danantara Jadi Raja Ekonomi Asia dalam 5 Tahun

Bagikan
Bagikan

Danantara mulai unjuk gigi di kancah internasional. Sebagai sovereign wealth fund (SWF) milik Indonesia, entitas ini dinilai memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam dunia investasi global, bahkan diperkirakan mampu melampaui nama besar seperti Temasek Holdings dari Singapura dan Khazanah Nasional dari Malaysia dalam beberapa tahun mendatang.

 

PEMERINTAH tengah menyiapkan langkah strategis dalam mengelola aset negara. Salah satunya melalui pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara, atau Danantara. Lembaga ini digadang-gadang akan menjadi pengelola portofolio terbesar dalam sejarah BUMN, dengan nilai aset yang mencapai Rp14.715 triliun.

Momentum ini menjadi penanda era baru pengelolaan kekayaan negara. Danantara tak hanya diharapkan mampu mendorong efisiensi di tubuh BUMN, tetapi juga membawa arah baru pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih terstruktur dan berkelanjutan.

Reformasi BUMN Jadi Prioritas Utama

Presiden Prabowo Subianto memberi mandat besar pada Danantara untuk menata ulang ekosistem 844 perusahaan milik negara, termasuk anak usaha dan afiliasinya. Ini mencakup BUMN besar seperti Pertamina, Telkom, hingga Bank Mandiri yang dinilai memiliki potensi besar namun belum sepenuhnya dioptimalkan.

Menurut pengamat pasar modal dari Korea Investment & Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi, aset yang dikelola Danantara sangat strategis. Bahkan, lembaga ini dinilai punya potensi melebihi Temasek dari Singapura atau Khazanah Nasional milik Malaysia.

Masih Banyak PR di Tubuh BUMN

Meski memiliki portofolio besar, banyak BUMN saat ini masih menghadapi tantangan struktural. Wafi menilai, sejumlah perusahaan pelat merah masih memiliki manajemen yang tidak efisien, kepemilikan silang yang membingungkan, hingga unit bisnis yang terlalu tersebar dan tak fokus.

Danantara diproyeksikan akan mengonsolidasikan sektor-sektor BUMN yang serupa dalam skema subholding, terutama di sektor pangan, manufaktur, dan energi. Strategi ini diyakini bisa menekan biaya, mengurangi tumpang tindih, dan memperkuat posisi kompetitif perusahaan-perusahaan milik negara.

Model Investasi Progresif

Tidak seperti lembaga sovereign wealth fund konvensional, Danantara hadir dengan pendekatan lebih terbuka dan dinamis. Mereka aktif melakukan investasi di sektor-sektor digital, energi bersih, hingga UMKM berbasis teknologi.

Bagikan
Artikel Terkait
SKANDAL 'UANG ZAKAT' LPEI
Bisik Disway

SKANDAL ‘UANG ZAKAT’ LPEI

Kasus LPEI bukan sekadar salah kelola. Tapi bukti nyata sistem keuangan negara...

Investasi Rp100 T Pabrik Baterai: Peluang atau Masalah Baru?
Bisik Disway

Investasi Rp100 T Pabrik Baterai: Peluang atau Masalah Baru?

finnews.id – Pembangunan pabrik baterai EV terbesar Asia di Karawang telah diresmikan...

Skandal Chromebook Rp9,9 Triliun: Jejak Permainan Proyek Digitalisasi Pendidikan Era Nadiem
Bisik Disway

Skandal Chromebook Rp9,9 Triliun: Jejak Korupsi Digitalisasi Pendidikan Era Nadiem

Benarkah proyek digitalisasi pendidikan era Nadiem Makarim sarat permainan kotor? Investigasi Tempo...