Catatan Dahlan Iskan

Salahnya Nasib

Bagikan
Salahnya Nasib
Ekor pesawat Air India yang jatuh pada 12 Juni 2025 lalu. -AFP-
Bagikan

Justru kalau off itu di posisi pesawat sudah terbang tinggi masih ada kemungkinan selamat. Dengan RAT, beberapa fungsi darurat masih bisa membantu. Lalu pesawat bisa melayang, meluncur ke bawah, mencari tempat pendaratan darurat. Seperti Garuda Indonesia dari Lombok yang mendarat di sungai Bengawan Solo –ketika dua mesinnya mati di udara. Seluruh penumpang selamat. Hanya satu pramugari tewas –karena buru-buru loncat keluar pesawat.

Maka beberapa hari ke depan sorotan akan fokus ke pilot A Air India itu. Mengapa ia mematikan saluran bahan bakar. Mengapa di saat pesawat baru satu menit take off. Mengapa? Mengapa?

Bunuh diri? Baru bertengkar dengan istri? Terlibat pinjol? Atau terancam jadi tersangka?

Kalau motifnya ternyata bunuh diri maka ini kejadian keenam. Yang keempat di Indonesia. Pesawatnya terbang dari Palembang. Silk Air. Menuju Singapura. Tiba-tiba pesawat menukik di muara sungai Musi. Tahun 1997. Sebanyak 104 orang tewas terkubur di muara Musi.

Yang kedua, Anda masih ingat: Egypt Air. Jurusan Kairo-New York. Pesawatnya dimasukkan ke samudera Atlantik. Selebihnya Anda sudah akan tahu sendiri.

Kali ini Air India jurusan Ahmadabad–London.

Pesawat itu hanya berisi 241 penumpang dan awak. Berarti tidak penuh. Tidak mungkin kelebihan beban. Beda dengan jatuhnya pesawat Mandala di Medan. Mirip. Sama-sama baru saja take off. Beda. Kecelakaan Mandala bukan karena pilot bunuh diri. Mandala teledor. Khususnya pegawai daratnya. Kelebihan beban. Terlalu banyak memuat durian Ucok untuk konsumen di Jakarta.

Kalau pun bunuh diri, pilot India ini pasti bukan karena bertengkar dengan istri. Sumeet Sabharwal, pilot A, tidak punya istri. Ia tidak pernah menikah.

Sumeet Sabharwal berusia 60 tahun. Lahir dan tinggal di Mumbai. Senior sekali. Paling senior. Bahkan sebenarnya sudah waktunya pensiun. Tidak mungkin salah dalam saluran bahan bakar yang off.

Pengalaman terbangnya sudah 8.200 jam. Ia keluarga penerbangan. Ayahnya, kini 90, adalah pejabat tinggi di otoritas penerbangan India. Ia punya dua sepupu: anak kakak perempuan satu-satunya. Dua-duanya juga pilot.

Bagikan
Artikel Terkait
Bola Baba
Catatan Dahlan Iskan

Bola Baba

Lalu di tangga naik ada huruf-huruf yang juga mengajarkan pantang menyerah. Ketika...

Selimut Danantara
Catatan Dahlan Iskan

Selimut Danantara

Dengan cara staging itu cash flow perusahaan akan lebih baik. Perusahaan bisa...

Haji Subsidi
Catatan Dahlan Iskan

Haji Subsidi

Lalu terjadilah awal mulai “subsidi haji” itu: tahun itu biaya hotel di...

Hidup Mati
Catatan Dahlan Iskan

Hidup Mati

Radioaktif itu lantas menempel di kontainer pengangkut udang milik PT BMS. Terbawa...