finnews.id – Doa dan amalan malam 1 Suro menurut Islam dan Kejawen selalu menarik perhatian setiap datangnya pergantian tahun Jawa. Tapi, apa makna sebenarnya di balik ritual sakral ini?
Malam 1 Suro diperingati sebagai awal Tahun Baru Jawa, yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Dalam Islam, malam ini dianggap sebagai momentum spiritual untuk introspeksi dan memohon keberkahan. Sementara itu, dalam tradisi Kejawen, malam 1 Suro diyakini memiliki energi magis yang kuat untuk tolak bala dan penyucian diri.
Doa dan Amalan Malam 1 Suro Menurut Islam
Dalam ajaran Islam, malam 1 Suro identik dengan malam 1 Muharram. Menurut kitab-kitab ulama salaf, malam ini menjadi waktu mustajab untuk berdoa dan berzikir. Amalan yang dianjurkan di antaranya:
-
Shalat sunnah mutlak: Minimal dua rakaat untuk membuka tahun baru dengan ibadah.
-
Doa akhir tahun dan doa awal tahun: Membaca doa akhir tahun sebelum Maghrib dan doa awal tahun sesudah Maghrib.
-
Dzikir malam: Membaca istighfar, shalawat, dan kalimat thayyibah secara konsisten untuk membuka lembaran baru yang lebih bersih.
Seperti dikutip dari NU Online, doa awal tahun Hijriah mengandung harapan perlindungan dari godaan setan dan permohonan agar dijauhkan dari perbuatan buruk selama tahun yang akan datang.
Doa dan Amalan Malam 1 Suro Menurut Kejawen
Berbeda dengan pendekatan Islam yang fokus pada ibadah, tradisi Kejawen lebih menekankan pada laku tirakat. Malam 1 Suro dalam kepercayaan Kejawen diyakini sebagai waktu sakral, saat energi spiritual paling kuat terbuka. Amalan yang umum dilakukan antara lain:
-
Tapa bisu: Tidak berbicara sejak Maghrib hingga Subuh sebagai bentuk pengendalian diri dan kontemplasi batin.
-
Mandi kembang atau jamas pusaka: Membersihkan diri atau benda pusaka untuk membuang energi negatif.
-
Menyalakan lilin atau lampu minyak: Simbol penerangan batin di tengah malam yang hening.
Menurut laporan dari Budaya Jawa Kuno, malam 1 Suro dianggap sebagai saat di mana batas antara dunia nyata dan gaib menjadi tipis. Oleh karena itu, masyarakat Kejawen sangat menjaga etika dan energi spiritual selama malam itu.
Menyatukan Dua Tradisi dalam Malam 1 Suro
Meskipun berasal dari dua pandangan berbeda, doa dan amalan malam 1 Suro menurut Islam dan Kejawen punya tujuan serupa: menyucikan jiwa, memohon perlindungan, dan memulai tahun baru dengan niat yang bersih. Tak sedikit masyarakat Jawa yang memadukan keduanya—shalat malam di masjid, lalu melanjutkan tirakat secara personal di rumah.
Seperti dilansir dari berbagai tokoh budaya dan agama, pemaknaan malam 1 Suro sejatinya adalah ajakan untuk kembali ke dalam diri. Baik melalui jalan syariat maupun adat leluhur, malam ini menjadi panggilan untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta dan menjaga harmoni dengan alam semesta.
Kesimpulan
Doa dan amalan malam 1 Suro menurut Islam dan Kejawen mencerminkan dua jalan spiritual yang saling melengkapi. Islam mengajarkan kedekatan melalui ibadah, sementara Kejawen menekankan olah rasa dan laku batin. Keduanya mengajak umat untuk merenung, membersihkan jiwa, dan menata kembali niat hidup dalam lembaran baru yang lebih bermakna. (*)