Catatan Dahlan Iskan

Beijing Amerika

Bagikan
Beijing Amerika
Bagikan

Walhasil satu malam suntuk tidak bisa tidur. Baru untung Rp 10 juta, sudah rugi entah berapa juta –kalau saja jatuh sakit.

Pukul 05.30 balik lagi ke business lounge. Mandi. Sarapan. Killing time. Tahan kantuk. Toh akan 15 jam di dalam pesawat. Bisa balas dendam tidur pulas di pesawat –tanpa takut diusir keluar. Makanya saya sarapan dengan kenyangnya. Mumpung gratis. Perasaan saya itu gratis. Padahal sudah include di dalam tiket. Dengan sarapan kenyang saya bisa berpesan ke pramugari: kalau tertidur jangan dibangunkan –untuk makan.

Saya pun tidur pulas. Sampai mimpi betapa hebat penghematan Rp 10 juta yang bisa saya lakukan. Jangan-jangan saya tersenyum-senyum saat mimpi itu.

Bangun tidur saya ingat: belum memilih komentar pilihan. Padahal batas waktunya sudah mepet. Rasanya saat itu posisi pesawat sudah di atas Rusia timur.

Tenang saja. Saya bisa baca komentar perusuh di dalam penerbangan ini. Ada Wi-Fi gratis. Jos pula. Maka segera saya senyum-senyum sendiri. Begitu beragam komentar hari itu. Begitu banyak yang usil dan jenaka. Saya perhatikan, isi komentar kian bermutu. Kadang sulit untuk tidak melanggar batas 20 pilihan.

Turun di bandara JFK tidak banyak antrean di depan saya. Cepat-cepat menuju loket imigrasi. Sepi. Kenapa tidak banyak orang begini. Padahal ini pukul 12.30.

Saya di antrean orang ke lima. Loket yang buka dua. Tidak sampai lima menit sudah dapat giliran maju ke loket.

Saya sudah menyiapkan jawaban yang sapu jagat kalau-kalau ditanya ”untuk apa ke Amerika”.

Benar. Ditanya itu.

“Indy 500,” jawab saya.

“Lima hari lagi ya,” celetuknya.

Dok. Paspor distempel. Tidak ditanya mana bukti pembelian tiket balap mobilnya.

Begitu cepat. Begitu kilat. Jauh dengan yang dibayangkan orang di luar Amerika. Sampai-sampai yang menjemput saya baru akan tiba 30 menit lagi.

Tidak masalah. Udara lagi sangat sejuk. Di luar pintu bandara juga sangat sepi. Saya pun olahraga senam secukupnya. Saya pilih gerakan-gerakan yang saya hafal pun bila tanpa musik.

Olahraga setengah jam terasa kurang. Udara begitu sejuk, perjalanan begitu lancar. Semua itu, dan jemputan gratis itu, membuat saya merasa telah beruntung lebih dari Rp 10 juta. (Dahlan Iskan)

Bagikan
Artikel Terkait
Catatan Dahlan Iskan

Dua Satu

Modal untuk muktamar nanti juga sudah bisa dikumpulkan dalam tiga bulan: modal...

Catatan Dahlan Iskan

Otot Kuat  

Sudah pernah pula ia naik sepeda dari Surabaya sampai Labuhan Bajo. Sudah...

Empati Wanita
Catatan Dahlan Iskan

Empati Wanita

“Tadi pasti sakit sekali ya?” sapa saya. Diam. “Tadi sampai menangis ya?”...

Catatan Dahlan Iskan

Ira Fatana

Ira pun menemukan ketenangan lewat buku itu. Dia menempatkan diri sebagai orang...