Catatan Dahlan Iskan

Ahli Tafsir

Bagikan
Ahli Tafsir
Bagikan

Itulah bekalnya pertama ke luar negeri. Ia hanya minta tiket pesawat ke orang tua. Sekali jalan. Lalu sedikit uang: USD 50. Hanya 50 dolar.

Tiba di Islamabad ia mengandalkan hidup dari teman yang sudah lebih dulu di sana. Tiga hari dapat makan gratis. Seadanya. Masih dianggap tamu. Lalu pindah ke teman lainnya: tiga hari lagi. Muter dari satu teman ke yang lain. Sampai akhirnya bisa cari makan sendiri.

Mun’im mendapat beasiswa S-3 di Chicago. Ia menapaki jejak tokoh pembaharuan pemikiran Islam Prof Dr Nurcholish Madjid. Di kampus yang sama.

Sambil menunggu keberangkatan ke Amerika ia aktif di Paramadina Jakarta. Ia bangga bisa dekat dengan Cak Nur di situ. Ia kagumi Cak Nur sejak masih di Madura.

Mun’im pernah menerbitkan buku Islam yang menghebohkan. Kalau ide pembaharuan pemikiran Islamnya Cak Nur heboh di tingkat perdebatan intelektual, buku Mun’im ingin melaksanakan ide-ide pembaharuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Maka bukunya itu membahas bagaimana pelaksanaan perkawinan beda agama. Juga tentang waris untuk keturunan mereka. Dan banyak lagi.

Heboh. Waktu itu MUI sampai mengeluarkan fatwa agar buku tersebut ditarik dari peredaran.

Ketika heboh mulai memanas Mun’im harus berangkat ke Chicago. Aman. Sampai dapat gelar doktor.

Di South Bend, Prof Mun’im membeli rumah di kompleks real estate yang sangat nyaman. Khas rumah Amerika. Garasinya bisa untuk dua mobil.

“Oh istri saya sudah pulang,” celetuknya. Memang terlihat ada sedan di garasi itu. Mobilnya pun masuk garasi di sebelah mobil sang istri.

Di lantai bawah rumah itu ada ruang tamu dengan sofa-sofa besar. Lalu ada toilet. Meja makan. Dapur. Kamar-kamar di lantai atas.

Saya pun melongok ke halaman belakang. Khas halaman belakang rumah orang Amerika. Ada bangunan kecil untuk gudang. Ada tanaman-tanaman sayur. Ia tanam kangkung. Tomat. Cabai. Lalu ada pohon besar. Rumputnya hijau dan tebal. Di musim seperti ini enak duduk-duduk di situ di waktu senja.

Sepi. Mereka hanya berdua. Istrinya asli Indramayu. Satu-satunya anak sedang ambil S-2 ekonomi di Colorado State University. Jauh dari Notre-Dame.

Bagikan
Artikel Terkait
Hidup Mati
Catatan Dahlan Iskan

Hidup Mati

Kita kehilangan segala-segalanya: devisa, lapangan kerja, pasar Amerika, dan kehilangan bisnis andalan...

Kilang Subsidi
Catatan Dahlan Iskan

Kilang Subsidi

Maka perang terhadap subsidi listrik harus fokus pada petang sampai menjelang tengah...

Sun Dermawan
Catatan Dahlan Iskan

Sun Dermawan

Tentu usaha Dermawan tidak lagi hanya di bisnis tisu. Ia sudah masuk...

Damsyik Berseri
Catatan Dahlan Iskan

Damsyik Berseri

Lucunya, dia hanya tersenyum seolah mengiiyakan, tetapi ketika saya ucapkan “thank you”,...