Catatan Dahlan Iskan

Naik Apollo

Bagikan
Bagikan

Pabrik mobil Apollo di Wuhan ini milik Baidu, ”Google”-nya Tiongkok. Ketika Baidu ingin masuk ke bisnis artificial intelligent yang dipilih adalah proyek mobil tanpa pengemudi.

Generasi pertamanya terlihat jelek sekali. Tahun 2013. Masih agak mirip prototype mobil listrik karya mahasiswa.

Di generasi kedua, 2015, sudah lebih berbentuk mobil. Kamera dan radarnya masih buatan Amerika. Generasi ketiganya sudah mulai ada yang bikinan Tiongkok. Dan baru Apollo generasi keempat sudah bikinan Tiongkok sepenuhnya.

Sampai lahir generasi keempat itu sifatnya masih riset. Belum diizinkan untuk komersial. Memang sudah mulai terlihat di jalan raya tapi sifatnya masih uji coba. Masih penelitian.

Baru di generasi kelima izin komersial diberikan. Awalnya di Wuhan saja. Lalu di 11 kota. Sudah dianggap sempurna.

Dalam perjalanan kami ke pabrik itu terlihat taksi Apollo sudah berada di jalan raya. Terlihat melaju lebih cepat dari bus kami. Beberapa anggota rombongan memotretnya dari dalam bus.

Ternyata kami justru diberi kesempatan mencobanya. Di antara kami baru saya yang pernah naik mobil tanpa pengemudi. Bagi anggota rombongan inilah kali pertama naik mobil jenis itu.

“Bagaimana kalau suatu saat tiba-tiba jaringan internetnya putus?”

“Kalau itu terjadi mobil ini akan mengurangi kecepatan untuk pelan-pelan minggir lalu berhenti di tepi jalan,” kata petugas itu.

Di ruang pajang pabrik ini kami juga diperlihatkan Apollo generasi keenam. Sudah sepenuhnya ”bukan mobil biasa”.

Sampai generasi kelima, Apollo masih terlihat seperti ”mobil”. Ada setirnya. Ada dashboard-nya. Ada pedal remnya. Ada pedal gasnya. Semua itu sebenarnya tidak diperlukan. Untuk apa? Kan semua itu harus digerakkan oleh orang? Padahal jenis mobil ini dimaksudkan tanpa pengemudi?

Maka di Apollo generasi keenam semua itu hilang: tidak ada setir, tidak ada dashboard, tidak ada pedal gas. Tidak ada pedal rem. Kosong. Melompong. Hanya ada tempat duduk.

Bentuk luarnya pun sudah bukan seperti mobil. Sudah lebih seperti kendaraan siluman. Hanya saja, masih beroda. Dan di roda itu masih ada bannya.

Bagikan
Artikel Terkait
Catatan Dahlan Iskan

Bawang Merah

Masih ada lagi: anggur. Warna hijau. Renyah. Kriyuk-kriyuk. “Tapi kok masih ada...

Sanae Takaichi bersama Donald Trump di kapal induk Amerika Serikat
Catatan Dahlan Iskan

Air Besi

”Jepang harus kian Mandiri. Termasuk dalam pertahanan,” ujar Sanae. Maksudnyi: ancaman dari...

Catatan Dahlan Iskan

Cahaya Adharta

Dua tahun pertama pernikahan mereka adalah masa-masa yang indah. Mereka tertawa di...

Catatan Dahlan Iskan

Marah Iklan

Jangan-jangan Kanada juga akan menjadi Asia –setelah bertengkar dengan Amerika tidak terlihat...