Home News Gaun Merah Karoline Leavitt dan Ironi Perang Dagang AS-China
News

Gaun Merah Karoline Leavitt dan Ironi Perang Dagang AS-China

Bagikan
Karoline Leavitt, Sekretaris Pers Gedung Putih
Karoline Leavitt, Sekretaris Pers Gedung Putih. Image (Istimewa).
Bagikan

finnews.id – Karoline Leavitt, Sekretaris Pers Gedung Putih, baru-baru ini menjadi pusat perhatian bukan karena pernyataan politiknya, melainkan karena pilihan fashion-nya. Saat menghadiri acara resmi, ia tampil memukai gaun merah dengan aksen renda hitam yang elegan. Namun, siapa sangka, penampilan tersebut justru memicu gelombang kritik di tengah memanasnya perang dagang AS-China.

Sindiran Konsul Jenderal China ke Karoline Leavitt dan Reaksi Netizen

Kontroversi ini semakin panas ketika Konsul Jenderal China di Denpasar, Zhang Zhishen, menyindir melalui unggahan di platform X (sebelumnya Twitter). Dalam cuitannya, ia secara tidak langsung menyebut bahwa renda pada gaun Leavitt diproduksi di pabrik Tiongkok. Unggahan ini langsung viral dan memicu perdebatan sengit di media sosial.

Banyak netizen AS yang mengecam apa yang mereka sebut sebagai “hipokrisi” pemerintah AS. Di satu sisi, Amerika Serikat memberlakukan tarif tinggi pada impor produk China, tetapi di sisi lain, pejabatnya justru mengenakan barang buatan Negeri Tirai Bambu.

Dominasi China dalam Industri Mode Global

Insiden ini juga menyoroti fakta yang tak terbantahkan: China tetap menjadi raksasa produsen mode dunia. Hampir tidak mungkin menghindari produk China dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di kalangan pejabat tinggi AS. Rantai pasok global yang kompleks membuat banyak merek—bahkan yang berbasis di AS—bergantung pada manufaktur China untuk bahan dan produksi.

Analisis Pakar: Ketidaksadaran akan Kompleksitas Rantai Pasok

Pakar hukum dan akademisi melihat kontroversi ini sebagai cerminan ketidaksadaran banyak pihak—termasuk pemerintahan AS—akan betapa rumitnya ketergantungan ekonomi global. Meskipun kebijakan tarif tinggi diberlakukan, kenyataannya AS masih sulit lepas dari produk China, mulai dari elektronik hingga fashion.

Apa yang Bisa Dipetik dari Kontroversi Ini?

Kasus Karoline Leavitt bukan sekadar masalah fashion, melainkan gambaran kecil dari dinamika ekonomi politik AS-China. Di tengah upaya AS mengurangi ketergantungan pada China, insiden ini menunjukkan betapa sulitnya mewujudkan hal itu dalam praktik.

Bagi publik, ini menjadi pengingat bahwa dalam era globalisasi, hampir mustahil sepenuhnya “bebas China”. Alih-alih memperdebatkan asal-usul sebuah gaun, mungkin yang lebih penting adalah memahami kompleksitas hubungan dagang dan mencari solusi yang lebih realistis. **

Bagikan
Artikel Terkait
Volodymyr Zelenskyy Desak Trump Batalkan Pemangkasan Bantuan Militer AS ke Ukraina
News

Volodymyr Zelenskyy Desak Trump Batalkan Pemangkasan Bantuan Militer AS ke Ukraina

finnews.id – Volodymyr Zelenskyy kembali jadi sorotan setelah secara terbuka menyampaikan kekecewaannya...

Vladimir Putin Kutuk Serangan Israel ke Iran, Hubungi Trump untuk Redam Eskalasi
News

Vladimir Putin Kutuk Serangan Israel ke Iran, Hubungi Trump untuk Redam Eskalasi

fin.co.id – Vladimir Putin kembali jadi sorotan dunia. Presiden Rusia itu secara...

Partai Golkar dukung kebijakan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang memberi akses pertambangan UMKM demi pemerataan ekonomi nasional.
News

Akses Pertambangan UMKM Dibuka Lebar, Golkar Dukung Kebijakan Pro-Rakyat Menteri Bahlil

Akses Pertambangan UMKM Kian Terbuka, Apa Artinya bagi Pelaku Usaha Kecil? finnews.id...

News

Melalui RIIFO Home, RIIFO Memperkenalkan Ekosistem, Kualitas, dan Inovasi Produknya di Indonesia!

finnews.id – RIIFO, merek global yang hadir di lebih dari 100 negara,...