finnews.id – Belakangan ini, serial Bidaah yang viral menjadi perbincangan di dua negara Malaysia dan Indonesia. Tak hanya karena alur ceritanya yang menegangkan, tapi juga karena ternyata kisah ini terinspirasi dari kejadian nyata. Erma Fatima, kreator sekaligus aktris senior di balik serial ini, mengungkap bahwa Bidaah lahir dari keprihatinannya terhadap fenomena penyalahgunaan agama untuk kepentingan pribadi.
Dari Realita Bidaah ke Layar: Kritik atas Eksploitasi Agama
Dalam jumpa media, Erma menjelaskan bahwa Bidaah bukan sekadar tontonan hiburan, melainkan sebuah bentuk kritik sosial. Serial ini menyoroti bagaimana agama kerap dijadikan alat untuk memanipulasi pengikut, terutama dalam kasus sekte sesat dan pelecehan yang terjadi di dalam komunitas keagamaan.
“Tujuannya bukan untuk menjatuhkan agama atau ulama, tapi menggambarkan realita yang selama ini mungkin diabaikan,” tegas Erma.
Kontroversi dan Kesuksesan yang Tak Terbantahkan
Meski mendapat tentangan dari beberapa kelompok yang merasa kisahnya terlalu sensitif, Justru meraih sukses besar. Hingga awal April 2025, serial ini telah di tonton lebih dari 1 miliar kali di platform Viu. Angka ini membuktikan bahwa ceritanya berhasil menyentuh banyak orang, mungkin karena menggambarkan fenomena yang akrab di tengah masyarakat.
Pesan di Balik Kisah: Waspada terhadap Bidaah dalam Kehidupan Nyata
Kata bidaah sendiri merujuk pada praktik atau ajaran baru yang menyimpang dari kaidah agama yang benar. Serial ini mengajak penonton untuk lebih waspada terhadap figur-figur yang mengaku suci namun sebenarnya memanfaatkan kepercayaan pengikutnya.
Erma berharap, setelah menonton Bidaah, penonton tidak hanya terhibur, tetapi juga terinspirasi untuk lebih kritis dan berani melawan segala bentuk eksploitasi atas nama agama.
Penutup
Bidaah bukan sekadar drama—ia adalah cermin atas realita sosial yang sering kali di abaikan. Dengan keberanian mengangkat isu sensitif, serial ini berhasil memicu diskusi penting tentang batasan antara agama dan penyalahgunaan wewenang. Jika Anda belum menontonnya, mungkin kini saatnya untuk menyaksikan dan merenungkan pesan yang di sampaikan. **