Home News Djuyamto Terima Suap Terbesar dalam Kasus Dugaan Korupsi Minyak Goreng, Total Capai Rp7,5 Miliar
News

Djuyamto Terima Suap Terbesar dalam Kasus Dugaan Korupsi Minyak Goreng, Total Capai Rp7,5 Miliar

Bagikan
Kejagung ajukan kasasi atas vonis lepas tiga korporasi dalam kasus korupsi CPO, terungkap dugaan suap Rp60 miliar di balik putusan.
Direktur Penyidikan Jampidsus Kejagung Abdul Qohar membeberkan kronologi kasus dugaan korupsi fasilitas ekspor Crude Palm Oil (CPO) yang melibatkan 3 hakim. (Dok. Kejagung)
Bagikan

finnews.id – Kejaksaan Agung (Kejagung) terus mengungkap fakta mengejutkan dalam penyidikan kasus dugaan korupsi minyak goreng yang melibatkan sejumlah aparat peradilan. Dari hasil pemeriksaan terbaru, terungkap bahwa hakim Djuyamto, yang bertugas di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, menerima suap dengan nominal paling besar dibanding dua hakim lainnya yang juga menjadi tersangka.

Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus), Abdul Qohar, menjelaskan alur distribusi suap senilai Rp60 miliar yang berasal dari pengacara terdakwa korporasi crude palm oil (CPO), Ariyanto. Uang tersebut awalnya diserahkan dalam bentuk dolar Amerika kepada panitera muda PN Jakarta Utara, Wahyu Gunawan, lalu diteruskan kepada Ketua PN Jakarta Selatan saat itu, M. Arif Nuryanta, untuk mengatur penunjukan hakim.

Arif kemudian membentuk majelis hakim yang terdiri dari Djuyamto sebagai ketua majelis, Ali Muhtarom sebagai hakim adhoc, dan Agam Syarif Baharuddin sebagai anggota. Proses ini menandai awal dari pembagian uang suap yang disamarkan dalam bentuk “uang pengganti membaca berkas perkara.”

“Pada tahap awal, Arif memberikan Rp4,5 miliar dalam bentuk goodie bag. Uang itu dibagi rata oleh ketiga hakim,” ujar Qohar saat konferensi pers, Senin, 14 April 2025.

Namun, tak berhenti di sana. Pada periode September hingga Oktober 2024, Arif kembali memberikan tambahan uang senilai Rp18 miliar dalam bentuk dolar kepada Djuyamto. Uang ini kemudian dibagikan langsung di depan Bank BRI Pasar Baru, Jakarta Selatan.

Jika diakumulasikan, Djuyamto menerima total suap senilai Rp7,5 miliar. Rinciannya, Rp1,5 miliar dari pembagian awal, dan Rp6 miliar tambahan dari penyerahan selanjutnya, meski sebagian diberikan kepada panitera.

Sementara itu, Ali Muhtarom menerima sekitar Rp5 miliar dan Agam Syarif Baharuddin mendapatkan Rp4,5 miliar. Total keseluruhan suap yang diterima oleh ketiga hakim ini mencapai Rp22,5 miliar.

Abdul Qohar menegaskan bahwa para hakim mengetahui tujuan utama dari pemberian uang tersebut, yaitu untuk menjatuhkan vonis ontslag atau lepas terhadap tiga korporasi besar—Permata Hijau Group, Wilmar Group, dan Musim Mas Group—dalam kasus ekspor CPO. Putusan ontslag tersebut akhirnya dibacakan pada 19 Maret 2025.

Bagikan
Artikel Terkait
Nusantara Ghost City
News

IKN Terancam Jadi ‘Ghost City’? Sejumlah Media Asing Soroti Pemangkasan Dana dan Dampak Lingkungan

Finnews.id – Proyek mega-kapital Nusantara yang digagas untuk menggantikan Ibu Kota Jakarta...

Kemenag beri bantuan pada dua pesantren yang tertimpa musibah. Foto: Kemenag
News

Kemenag Kirim Bantuan ke Pesantren yang Tertimpa Musibah di Situbondo dan Pasuruan

finnews.id – Musibah kembali melanda pesantren di Indonesia. Dua pesantren yang tertimpa...

OnePlus Pad 2
NewsTekno

Keren Banget! OnePlus Pad 2 hadir dengan Dimensity 9400+

finnews.id – OnePlus merilis tablet anyar OnePlus Pad 2 yang dibekali baterai...

BGN akan laporkan pemilik mobil minivan berlogo BGN yang dipakai mengangkut hewan ternak. Foto: BGN
News

BGN Akan Laporan Pemilik Mobil Bertuliskan SPPG yang Dipakai Angkut Babi ke Polisi

finnews.id – Masyarakat dibuat heboh dengan beredarnya video sebuah mobil minivan berlogo...