finnews.id – Ketidakwajaran dalam pelaksanaan drawing Liga 4 Indonesia kembali memantik perhatian publik. Proses yang seharusnya menjadi awal yang adil dan transparan bagi 64 tim dari seluruh penjuru tanah air justru menimbulkan pertanyaan besar soal integritas kompetisi. Dalam sebuah video yang viral di media sosial pada Jumat, 11 April 2025, terlihat sejumlah kejanggalan dalam proses pengundian grup, yang membuat publik meragukan kredibilitas penyelenggaraan.
PSSI, sebagai induk organisasi sepak bola nasional, tak tinggal diam. Ketua Umum PSSI Erick Thohir secara tegas mengecam pelaksanaan drawing yang dinilainya tidak profesional dan tidak mencerminkan semangat fair play. Dalam pernyataan resminya, ia menegaskan bahwa semua pihak yang terlibat harus memahami bahwa kompetisi bukanlah ajang main-main.
“Jangan pernah main-main dengan kompetisi Liga!” ujar Erick. Ia menekankan bahwa Liga 4—meski berada di level paling bawah dalam struktur kompetisi nasional—tetap memegang peranan penting dalam membangun ekosistem sepak bola yang sehat dan berkelanjutan.
Erick juga menyampaikan rasa keprihatinannya atas kejadian tersebut. Menurutnya, apa yang terjadi bukan sekadar persoalan teknis, melainkan menyangkut kepercayaan publik terhadap sistem kompetisi yang adil. “Kami mendesak agar dilakukan drawing ulang dengan prosedur yang jelas, adil, dan melibatkan semua pihak terkait,” tegasnya.
Liga 4 musim ini telah memasuki babak nasional, dengan format 16 grup yang masing-masing berisi empat tim. Dengan skala kompetisi yang semakin besar, ekspektasi terhadap profesionalisme pun meningkat. Namun ironisnya, justru pada tahap yang krusial ini, pelaksanaan pengundian malah mencederai prinsip keadilan yang menjadi landasan utama olahraga.
PSSI menyampaikan bahwa proses evaluasi terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan drawing tengah berlangsung. Organisasi itu berharap insiden ini menjadi pelajaran penting agar pengelolaan kompetisi di semua level—termasuk Liga 4—dapat berjalan secara profesional dan akuntabel.
Lebih dari sekadar pembagian grup, drawing Liga 4 adalah simbol dari bagaimana sebuah kompetisi dimulai. Dan jika awalnya saja sudah mencurigakan, maka wajar jika publik mempertanyakan keabsahan langkah-langkah berikutnya.
Dengan sorotan tajam yang kini mengarah pada Liga 4, tekanan terhadap pembenahan sistem semakin besar. Momentum ini harus dimanfaatkan untuk menata ulang sistem secara menyeluruh—bukan hanya sebagai respons terhadap satu kejadian, tapi sebagai langkah nyata menuju sepak bola Indonesia yang lebih bersih dan berintegritas. (*)