finnews.id – Dokter dan penulis buku, dr Gia Pratama menulis surat terbuka yang ditujukan kepada Ditjen Pajak Kementerian Keuangan.
Dalam surat terbuka yang diunggah melalui akun Instagramnya, dr Gia Pratama berharap agar Ditjen Pajak tidak menyalahgunakan uang pajak yang ditarik dari masyarakat.
“Mohon amanah, mohon bertanggung jawablah seakan ini uang ibu kandung sendiri. (Ibu Pertiwi). Mohon jangan malah dipakai untuk foya-foya, membeli mobil dinas yang supermewah, dimana kami untuk ganti mobil saja mikir puluhan kali. Mohon jangan hanya untuk “kami,” tapi betul-betul untuk kita” katanya, Jumat 11 April 2025.
dr Gia melanjutkan, Indonesia bisa berdiri, berjalan, dan hidup—karena pajak dari rakyat, hingga hari ini, hampir 80 persen penghasilan negara masih berasal rakyat yang membayar pajak.
Kata dia, sumber-sumber lain seperti Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)—dari hasil untung BUMN dan pemanfaatan sumber daya alam—belum signifikan, baru menyumbang sekitar 204.
“Artinya, detak nadi utama anggaran negara ini masih dari jerih payah kami. Maka kami titipkan, dengan sepenuh hati, uang pajak kami kepada bapak dan ibu yang diberi wewenang” tulisnya.
“Kami tidak meminta banyak—hanya satu: tolong jaga amanah ini. Untuk dikembalikan dalam bentuk pelayanan, pendidikan, kesehatan, dan masa depan yang lebih baik” lanjut dia.
Dia melanjutkan, bahwa setiap rupiah yang terkumpul dari pajak, bukan hanya digit angka di layar, tapi itu hasil kerja keras rakyat.
“Itu adalah detik demi detik begadang yang dilewati” katanya.
“Keringat yang menetes saat mata belum sempat tertutup. Itu adalah hasil berpikir keras, berdiri lama, memutar otak, dan menahan diri dari keinginan sendiri” sambung dia.
Lanjutnya, puluhan juta rakyat Indonesia, mengikhlaskan puluhan persen hasil jerih payah mereka bukan karena rakyat berlebih, tapi karena rakyat percaya.
“Percaya bahwa bapak ibu akan mengelola dengan hati. Bahwa tak satu sen pun akan disia-siakan. Bahwa uang ini bukan untuk memperkaya segelintir, tapi untuk memberdayakan semua” katanya.
“Karena ketika DJP berkata, “Pajak Kita, Untuk Kita,” kami ingin percaya, itu bukan slogan. Itu sumpah”.
“Untuk Indonesia yang maju, adil, dan sejahtera. Untuk masa depan yang tidak menyisakan luka di belakang” tutupnya.