finnews.id – Dadang Kabid Dishub Bogor menjadi sorotan publik setelah videonya yang tengah menangis beredar luas di media sosial. Tangis itu muncul bukan tanpa alasan. Di tengah pusaran polemik pemotongan uang kompensasi sopir angkot Puncak, Dadang Kosasih, yang menjabat sebagai Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan pada Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor, akhirnya bertemu langsung dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dan sopir angkot bernama Emen.
Pertemuan itu di gelar di Gedung Pakuan, kediaman resmi Gubernur Jabar. Suasana terlihat cair, namun tetap serius. Dedi Mulyadi tak ragu mengajukan pertanyaan secara langsung untuk mengurai benang kusut polemik yang sudah telanjur viral.
Salah Ucap, Salah Paham
Dalam video yang di unggah di kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Gubernur kembali menanyakan kepada Emen soal siapa yang sebenarnya memungut uang kompensasi sebesar Rp200 ribu dari para sopir angkot.
“Yang mungut itu siapa?” tanya Dedi.
“Pak Nandar,” jawab Emen singkat.
Pak Nandar, lanjut Emen, merupakan Ketua KKSU. Gubernur pun melanjutkan pertanyaannya untuk memastikan keterlibatan Dinas Perhubungan dalam proses penyerahan tersebut.
“Ketika kamu nyerahin uang ke Pak Nandar, ada orang Dishub enggak?”
Emen pun menjawab tidak ada. Ia mengakui bahwa sebelumnya sempat salah ucap, karena yang di saksikan oleh pihak Dinashub adalah proses penyerahan bantuan dari gubernur, bukan uang kompensasi ke KKSU. Klarifikasi ini penting, karena pernyataan awal Emen sempat menimbulkan kesan bahwa ada keterlibatan langsung Dishub dalam praktik pemotongan.
“Ini di bully kasian, gara-gara kamu salah ngomong,” ujar Dedi dengan nada menyesalkan kondisi yang di alami Dadang.
Tangisan yang Di salahpahami
Sorotan terhadap Dadang Kabid Dinashub Bogor bukan hanya karena posisinya yang strategis dalam pengelolaan transportasi, tetapi juga karena tangisan emosionalnya yang sempat di salahartikan. Dalam kesempatan itu, Dedi Mulyadi bertanya langsung soal tangisan tersebut.
“Bapak nangis karena apa?” tanyanya.
Dadang pun menjawab dengan suara yang masih sarat emosi. Ia mengaku merasa sangat terharu karena apresiasi langsung dari Gubernur Jawa Barat terhadap tugas dan tekanan yang ia jalani di lapangan.
“Dalam keadaan tertekan, siapa pun akan merasa terobati saat mendapat apresiasi seperti itu,” ungkap Dadang.
Menurutnya, kehadiran Dedi Mulyadi yang mengundang pihak Dinashub ke Gedung Pakuan, serta inisiasi pemberian bantuan kepada sopir angkot, adalah bentuk perhatian yang menyentuh hatinya sebagai aparatur sipil negara.
Gubernur pun menegaskan bahwa tangisan Dadang adalah wujud keterharuan, bukan ekspresi penyesalan atau rasa bersalah seperti yang di gaungkan oleh sebagian warganet.
“Netizen sudah curiga duluan. Padahal itu tangisan karena di hargai dan di apresiasi. Tapi malah di asumsikan yang negatif,” ujar Dedi, yang juga mengunggah video tersebut di Instagram-nya dengan keterangan, “Kang Emen soal salah ucap dan Pak Dadang soal tangisan, clear lagi ya.”
Penekanan pada Klarifikasi
Gubernur Dedi Mulyadi juga mengingatkan pentingnya Emen untuk memberikan keterangan sebenar-benarnya kepada pihak kepolisian, dalam hal ini Polres Bogor, yang sedang menyelidiki kasus ini. Ia menggarisbawahi bahwa isu pungli dan pemotongan dana adalah isu sensitif yang sangat mudah menyulut emosi publik, terutama jika di kaitkan dengan aparat pemerintah daerah.
“Publik mudah mengidentikkan petugas Dinashub dengan pungli, bahkan jika itu hanya asumsi. Maka, keterbukaan informasi adalah kunci,” tegasnya.
Polemik yang semula menyulut perdebatan kini mulai menemukan titik terang. Pertemuan antara Emen, Dadang, dan Gubernur Dedi Mulyadi menjadi panggung klarifikasi terbuka yang memperlihatkan sisi manusiawi dari semua pihak. Salah paham yang sempat memicu tuduhan kini perlahan terurai. Dan di balik tangisan Dadang Kabid Dinashub Bogor, ada harapan bahwa kebenaran tetap punya tempat di tengah derasnya arus opini publik.