Lebih dari 50.000 Nyawa Melayang
Sejak serangan militer dimulai pada Oktober 2023, lebih dari 50.500 warga Palestina dilaporkan tewas, mayoritas adalah perempuan dan anak-anak. Jumlah korban yang terus bertambah menjadi simbol dari kegagalan diplomasi dan kemanusiaan internasional dalam menghentikan kekerasan di wilayah ini.
Rencana pemindahan warga Palestina dari Gaza, yang dikaitkan dengan kebijakan luar negeri Presiden AS Donald Trump, juga memicu kekhawatiran baru akan eskalasi konflik yang lebih luas.
Harapan di Tengah Keputusasaan
Dalam situasi yang gelap ini, suara Philippe Lazzarini mewakili seruan harapan. Ia menekankan bahwa penghentian pengepungan dan pemberian akses kemanusiaan adalah langkah mendesak yang tidak bisa ditunda.
Masyarakat dunia kini dihadapkan pada kenyataan pahit di Jalur Gaza—sebuah wilayah kecil yang menjadi panggung penderitaan jutaan jiwa. Ketika bantuan menjadi alat perang dan kelaparan dijadikan senjata, dunia dituntut untuk tidak tinggal diam.
Tragedi yang terjadi di Jalur Gaza bukan sekadar konflik politik atau militer. Ini adalah krisis kemanusiaan yang menuntut empati dan tindakan nyata. Selama akses bantuan masih dibatasi dan suara warga Gaza tak didengar, penderitaan akan terus mengisi catatan sejarah yang tak kunjung menemukan akhir. (*)