Catatan Dahlan Iskan

Relawan Jantung

Bagikan
Pasien pertama bedah jantung di Kupang, NTT, ini seorang wanita. Guru. Bu Windy, 28 tahun. Dia itu yang dua katup jantungnya bermasalah. Terjadi kelainan di mitral (katup di jantung kiri) dan trikuspidal (katup kanan).
Bagikan

Ima Lawaru

Saya jadi deg degan baca CHDI hari ini. Kayak nonton drakor saja. Direktur RS tersebut sudah diancam entah oleh siapa. Kalo operasi jantung pertama ini gagal, lansung dipecat. Saya membayangkan bagaimana Paul dan timnya bekerja. Bagaimana mental pasien dan keluarganya. Ibarat menembak dalam gelap siapa tahu kena. Kelak bisa difilmkan drama operasi jantung perdana di RSV Ben Mboi, Kupang, NTT.

Fiona Handoko

Selamat pagi bp thamrin, bung mirza, bp agus, bp jo, bp udin fan teman2 rusuhwan. Selamat pagi bp liang, semoga sempat mengunjungi kami, sekali kali. Di disway “relawan tahalele. ” Abah memuji habis habisan kiprah prof paul. Yang bersedia menjadi guru, mentor dan pengawas dalam operasi jantung. Di rs indonesia timur. Berbeda dengan disway edisi th 2013. “Membersihkan gorong gorong buntu di otak. ” Di mana abah pun memuji habis habisan seorang dokter. Yg menemukan metode baru untuk mencegah stroke. Di mana sang dokter tidak bersedia menjadi guru bagi dokter2 yg ingin belajar. Tidak bersedia sharing. Obat apa yg dipakai di terapi cuci otak. Mudah mudahan sang dokter bisa berubah pikiran setelah membaca chd ini.

Muh Nursalim

imam ghazali menulis kitab ihya ulumuddin. ada satu bab berjudul, keajaiban hati. beliau ulas ciri2 hati secara fisik. ada di sebelah kiri dada, di dalamnya ada cairan darah dan bentuknya seperti biji pinus. saya lihat2 di internet kayakanya secara fisik yang ia sebut hati itu adalah jantung. maka hadis yang menyebut di dalam badan manusi ada segumpal daging, bila itu baik maka baiklah manusia jika buruk maka buruk pula dia. Itu adalah jantung. Kalau secara ruhani, bolehlah tetap disebut hati. Yaitu hati nurani.

Lagarenze 1301

Ada beberapa perusuh mengeluhkan iklan yang mengganggu saat membaca CHD. Sebenarnya, ada tiga opsi. Pertama, menerima dengan ikhlas. Kedua, meninggalkan laman. Ketiga, memasang adblocker. Saya juga pernah kesal ketika ada iklan yang menutupi seluruh area. Tidak bisa hilang meski tanda X sudah di-klik. Hilang sendiri setelah 5 detik. Maka, saya pun memasang adblocker. Lama kelamaan, saya merasa bersalah. Penulis sudah bersusah-payah memberi saya bacaan, pengelola web sudah bersusah-payah membuka lapak dan menayangkannya, sedangkan saya mendapatkannya secara gratis. Terasa ada yang salah. Akhirnya, saya kembali pada opsi pertama. Menerima dengan ikhlas iklan-iklan itu. Toh lama-lama jadi terbiasa. Opsi kedua, no way, saya masih suka baca CHD. Opsi ketiga? Tentu terserah masing-masing. Senyamannya perasaan masing-masing.

Bagikan
Artikel Terkait
Tiga Proposal
Catatan Dahlan Iskan

Tiga Proposal

Mungkin Joao tidak mau kecil-kecilan. Ia ingin segera punya proyek pangan besar-besaran....

Petir Joao
Catatan Dahlan Iskan

Petir Joao

Joao sendiri menamatkan SMA di Jakarta: SMA Ignatius Slamet Riyadi. Lulus tahun...

Tanpa Pilwali
Catatan Dahlan Iskan

Tanpa Pilwali

Jadi masa lalu DC sebenarnya tidak seperti yang dibayangkan Trump –yang masa...

Perusuh Bahagia
Catatan Dahlan Iskan

Perusuh Bahagia

Pokoknya dua hari Sabtu-Minggu di Bandung kemarin asyiknya bukan main. Sampai ketinggalan...