“Temuan yang kami dapatkan ketika hari Senin (24 Maret 2025), itu memang hari pertama, semua persiapan untuk posko mudik, dan saya menyatakan memang masih sangat banyak kekurangan,” katanya.
Menurutnya, anak-anak masih kesulitan untuk mengakses kenyamanan. “Di Stasiun Tugu, kami memberikan masukan, terutama terkait dengan jauhnya jarak antara ruang laksasi dengan ruang tumbuh. Kemudian juga tidak adanya pojok ramah anak,” beber Diyah.
Masalah serupa ditemukan juga di Terminal Giwangan, Yogyakarta.
“Kami juga mendapati temuan bahwa dampak efisiensi ini terasa, seperti halnya ketika SDM berjaga. Kemudian juga fasilitas di posko mudik memang tidak seperti tahun yang lalu,” katanya.
Akses informasi untuk mudik ramah anak juga masih belum tersedia, baik di stasiun maupun terminal yang dikunjunginya. Dia mengatakan, usai memberi catatan pihak stasiun dan terminal pada Senin lalu sudah melakukan perbaikan.
“Hari ini sudah mendapatkan informasi dari pihak stasiun dan terminal, mereka sudah berupaya untuk menyiapkan itu. Namun tampaknya juga kami harus crosscheck kembali,” katanya.
Dia juga berharap tajuk Mudik Ramah Anak ini tidak terbatas pada kelengkapan fasilitas. Tetapi juga kebijakan yang menunjang.
“Termasuk juga ketika banyaknya pemudik yang kemudian akan menggeser tempat duduk untuk anak sehingga dikhawatirkan anak ini tidak mendapatkan kenyamanan kemudian juga menjadi korban kekerasan,” terangnya.
Dia mengatakan, Mudik Ramah Anak yang sudah digaungkan pemerintah pusat sejak beberapa tahun lalu bisa menjangkau hingga daerah.
“Sehingga banyak para pemudik yang akhirnya merasa bahwa pengetahuan keselamatan anak-anak jauh lebih penting daripada sekedar cepat (sampai tujuan) ataupun juga rutinitas ritual untuk mudik,” pungkasnya.
(Annisa Zahro)