Home News Lomba Ogoh-Ogoh Badung: Seni, Budaya, dan Spiritualitas
News

Lomba Ogoh-Ogoh Badung: Seni, Budaya, dan Spiritualitas

Bagikan
Ogoh-Ogoh Badung
Ogoh-Ogoh Badung. Image (Istimewa).
Bagikan

Di Badung, lomba ogoh-ogoh menjadi ajang yang sangat di nantikan. Setiap banjar berlomba-lomba menciptakan patung yang paling megah dan artistik. Selain aspek estetika, juri juga menilai kesesuaian tema dengan filosofi Nyepi. Hal ini menunjukkan bahwa ogoh-ogoh bukan sekadar patung raksasa, tetapi juga media refleksi sosial dan spiritual bagi masyarakat Bali.

Makna ogoh-ogoh semakin dalam ketika di kaitkan dengan konsep Tri Hita Karana—harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan. Dengan membakar ogoh-ogoh setelah di arak, masyarakat Bali meyakini bahwa mereka telah membersihkan diri dari energi negatif. Ini menjadi simbol bahwa sebelum memasuki Tahun Baru Saka, manusia harus melepaskan segala bentuk keburukan dan memulai kehidupan yang lebih baik.

Persiapan dan Proses Kreatif dalam Pembuatan Ogoh-Ogoh

Pembuatan ogoh-ogoh bukanlah proses yang sederhana. Setiap banjar biasanya mulai merancang konsep berbulan-bulan sebelum Nyepi. Tim kreatif yang terdiri dari seniman lokal, pemuda banjar, dan tokoh adat bekerja sama untuk menciptakan desain yang unik dan bermakna. Mereka menggambar sketsa awal, menentukan tema, serta memilih bahan yang akan di gunakan.

Bahan utama yang di gunakan dalam pembuatan ogoh-ogoh adalah bambu, kertas, dan styrofoam. Bambu di gunakan sebagai rangka utama karena ringan dan mudah di bentuk. Sementara itu, kertas dan styrofoam di gunakan untuk membentuk detail wajah, tangan, dan ornamen lainnya. Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan bahan ramah lingkungan semakin di galakkan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Proses pengerjaan bisa memakan waktu hingga dua bulan, tergantung pada tingkat kerumitan desain. Setiap bagian patung di buat dengan teknik khusus agar terlihat hidup dan dinamis. Beberapa ogoh-ogoh bahkan di lengkapi dengan mekanisme gerak, seperti kepala yang bisa berputar atau tangan yang bisa mengayun. Inovasi ini menunjukkan bagaimana seni tradisional terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi.

Selain aspek teknis, pembuatan ogoh-ogoh juga melibatkan ritual keagamaan. Sebelum mulai bekerja, masyarakat biasanya mengadakan upacara kecil untuk memohon restu kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Ini menunjukkan bahwa meskipun ogoh-ogoh adalah karya seni, ia tetap memiliki dimensi spiritual yang tidak bisa di abaikan.

Bagikan
Artikel Terkait
LifestyleNews

Dr Ryu Hasan Spesialis Saraf Ukur IQ Masyarakat Indonesia Mendekati Gorila

Perubahan sistem pendidikan, akses gizi, pengaruh teknologi, hingga perubahan pola hidup menjadi...

Penampakan awan panas Gunung Semeru
News

Gunung Semeru Erupsi Lagi, Penampakan Awan Panas yang Meluncur Dahsyat

Tidak beraktivitas di sektor Besuk Kobokan sejauh 8 km dari puncak. Menjauhi...

Hukum & KriminalNews

Anggota Polda NTT Penganiaya Siswa Sekolah Polisi Resmi Dipecat

finnews.id – Brigadir Polisi Dua (Bripda) Torino Tobo Dara, anggota Direktorat Samapta...