Salah satu cara efektif untuk menghindari perkataan dan perbuatan yang menyakiti adalah dengan berpikir sebelum berbicara atau bertindak. Jika suatu ucapan atau tindakan tidak membawa manfaat, lebih baik ditahan. Dengan demikian, kita dapat menjalani Ramadhan dengan lebih tenang dan penuh keberkahan.
Menanamkan Kesabaran dan Keikhlasan dalam Berucap
Kesabaran adalah salah satu kunci utama dalam menjaga lisan. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 46). Di bulan Ramadhan, kesabaran diuji dalam berbagai aspek, termasuk dalam berbicara. Ketika seseorang mampu menahan diri dari berkata kasar atau menyakitkan, itu adalah tanda kesabaran yang kuat.
Keikhlasan juga berperan penting dalam menjaga lisan. Ketika seseorang berbicara dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka ucapannya akan lebih bermakna dan tidak menyakiti orang lain. Sebaliknya, jika berbicara hanya untuk mencari perhatian atau menyakiti orang lain, maka perkataan tersebut tidak akan membawa manfaat. Oleh karena itu, sebelum berbicara, tanyakan pada diri sendiri apakah ucapan tersebut benar, bermanfaat, dan disampaikan dengan niat yang baik.
Salah satu cara untuk melatih kesabaran dan keikhlasan dalam berucap adalah dengan memperbanyak dzikir. Rasulullah ï·º bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan memperbanyak dzikir dan mengingat Allah, hati menjadi lebih tenang dan lisan lebih terjaga.
Selain itu, membiasakan diri untuk mendengarkan lebih banyak daripada berbicara juga dapat membantu dalam menjaga lisan. Dengan mendengarkan, kita dapat memahami situasi dengan lebih baik dan menghindari ucapan yang tidak perlu. Dengan demikian, kesabaran dan keikhlasan dalam berucap dapat membantu kita menjalani Ramadhan dengan lebih baik.
Meningkatkan Kualitas Ibadah dengan Hati dan Lisan yang Terjaga
Menjaga hati dan lisan tidak hanya berdampak pada hubungan sosial, tetapi juga meningkatkan kualitas ibadah kita. Ketika hati bersih dari prasangka buruk dan lisan terjaga dari perkataan sia-sia, ibadah menjadi lebih khusyuk dan bermakna. Rasulullah ï·º bersabda, “Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).