Catatan Dahlan Iskan

Doa Sritex

Bagikan
Bagikan

Ketika Sritex tidak bisa membayar perusahaan asuransilah yang membayar. Sritex menggugat Indo Bharat. Indo Bharat marah. Ia ajukan gugatan pailit ke pengadilan. Menang, dalam perjanjian kesepakatan homologasi tertulis: begitu cicilan tidak dibayar Sritex langsung pailit. Pailit final. Sayang sekali.

Padahal cicilan ke Indo Bharat termasuk kecil dibanding ke yang lain. Utang ke Indo Bharat juga tergolong kecil: sekitar Rp 80 miliar –dari total utang Ro 16 triliun. Pengadilan pun dengan mudah memutuskan: Sritex pailit. Sritex nyata-nyata gagal bayar cicilan, apa pun penyebabnya. Tapi upaya untuk berkelit dari pailit terus diupayakan

. Termasuk secara politik. Jumlah buruh Sritex yang mencapai lebih 30.000 menjadi “kartu As”.

Gagal.

Maka tanggal 1 Ramadan kemarin resmi Sritex pailit. Pabrik ditutup. Hak-hak karyawan jelas: PHK. Lalu akan menerima pesangon sesuai dengan hukum perburuhan yang berlaku.

Semoga perusahaan masih punya uang di kasnya untuk pembayaran pesangon ini. Kalau tidak, harus menunggu Sritex laku dijual. Hasil penjualan perusahaan ini akan diprioritaskan untuk membayar pajak-pajak dan pesangon karyawan. Selebihnya dibagi secara proporsional kepada para kreditor

Maka setelah ini akan ada lelang. Bisa terbuka. Bisa tertutup. Terserah kurator. Bisa dilelang parsial atau global. Terserah kurator. Bisa tanahnya dijual sendiri, pabriknya dijual sebagai besi tua, terserah kurator. Atau dijual ke pabrik tekstil lain yang ingin ekspansi. Terserah kurator.

Maka pabrik-pabrik tekstil besar kini berlomba mengincar mayat Sritex. Tidak hanya pabrik di dalam negeri. Juga pabrik tekstil dari luar negeri. Anda sudah bisa mengira: hanya perusahaan tekstil dari Tiongkok yang mampu membeli mayat begitu mahalnya.

Lantas akan ke mana duo-Iwan putra Lukminto?

Bisakah ia jadi pemilik baru Sritex? Dengan cara ikut jadi pembeli dengan harga murah?

Tidak boleh. Teorinya. Tapi banyak terjadi: orang sepertinya bisa pakai nama orang lain.

Rasanya duo-Iwan tidak akan melakukan itu. Pertama, belum tentu dua bersaudara ini kompak. Kedua, mereka masih punya banyak perusahaan lain.

Bagikan
Artikel Terkait
Catatan Dahlan Iskan

Dua Satu

Modal untuk muktamar nanti juga sudah bisa dikumpulkan dalam tiga bulan: modal...

Catatan Dahlan Iskan

Otot Kuat  

Sudah pernah pula ia naik sepeda dari Surabaya sampai Labuhan Bajo. Sudah...

Empati Wanita
Catatan Dahlan Iskan

Empati Wanita

“Tadi pasti sakit sekali ya?” sapa saya. Diam. “Tadi sampai menangis ya?”...

Catatan Dahlan Iskan

Ira Fatana

Ira pun menemukan ketenangan lewat buku itu. Dia menempatkan diri sebagai orang...