finnews.id – Badan Pengungsi PBB (UNHCR) telah mengajukan permohonan darurat sebesar $40,4 juta untuk menangani krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Burundi akibat eskalasi konflik di Republik Demokratik Kongo (DRC).
Sejak awal Februari 2025, lebih dari 40.000 warga Kongo—mayoritas perempuan dan anak-anak—telah melarikan diri ke Burundi untuk mencari perlindungan. Pada satu hari di minggu lalu, lebih dari 9.000 orang menyeberangi perbatasan dalam upaya menghindari kekerasan yang meningkat di wilayah timur DRC.
Para pengungsi ini berasal dari daerah-daerah yang telah lama dilanda konflik, seperti Goma, dan banyak di antaranya telah beberapa kali mengungsi di dalam negeri sebelum akhirnya terpaksa melarikan diri ke Burundi akibat pertempuran terbaru. Mereka menempuh perjalanan berbahaya, termasuk menyeberangi Sungai Rusizi dengan perahu seadanya, untuk mencapai tempat yang aman.
UNHCR menyambut baik keputusan pemerintah Burundi yang memberikan status pengungsi secara langsung (prima facie) kepada mereka yang melarikan diri dari konflik, memungkinkan akses cepat ke perlindungan dan bantuan kemanusiaan. Namun, kebutuhan mendesak seperti tempat tinggal, makanan, sanitasi, dan layanan medis masih sangat diperlukan. Laporan juga mengindikasikan adanya peningkatan kasus campak di antara para pengungsi, yang tinggal di tempat penampungan sementara yang padat.
Sebagai tanggapan, UNHCR bersama organisasi lokal telah mendistribusikan pasokan kebutuhan pokok dan makanan bagi para pengungsi yang baru tiba. Persiapan juga sedang dilakukan untuk merelokasi mereka ke kamp pengungsi Musenyi, yang dapat menampung hingga 10.000 orang. Pemerintah Burundi berupaya membuka lokasi tambahan guna mengurangi kepadatan di tempat penampungan sementara.
Permohonan dana UNHCR ini juga mencakup bantuan bagi negara-negara tetangga lainnya, seperti Uganda, Rwanda, Tanzania, dan Zambia, mengantisipasi kemungkinan lonjakan jumlah pengungsi, pencari suaka, serta warga yang kembali ke negara mereka, yang diperkirakan mencapai 258.000 orang. Tanpa dukungan dana yang mendesak, risiko kemerosotan lebih lanjut dalam situasi kemanusiaan sangat tinggi seiring dengan memburuknya krisis ini.